Sabtu, 12 Februari 2011

Mira Afrida >> Jangan biarkan ia takbermakna..

Aku sebetulnya ragu saat memulai menyentuh tuts-tuts keyboard laptopku,seperti halnya sebagian remaja yang ingin mendaftarkan diri ke mata ie,Merasa ‘’setengah hati’’ jika melihat motto ‘’Ragu-ragu mundur” Begitu juga dengan ku.Menulis adalah pekerjaan yang tidak sekedar mengandalkan perasaan, akan tetapi juga berpikir.Menulis bagiku pekerjaan yang membuang-buang waktu.Tapi,aku tentu tidak ingin seperti itu,aku menginginkan sebuah karya yang aku ceritakan ini akan menjadi sebuah peristiwa bagiku dan orang lain untuk merasakan hidup ini ada tujuan,hidup ini ada artinya.
Hidupku terdiri dari banyak kisah,salah satunya kisah saat aku menginjak Sekolah menengah atas.Kebetulan Mak dan bapakku menyekolahkan aku di sekolah boarding School.Pada mulanya aku agak berberat hati bersekolah disini,karena segala sesuatu harus dikerjakan secara mandiri,penepatan waktu dengan disiplin,dan mengedepankan solidaritas sesama kawan.Namun pada akhirnya aku pun bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan ku.

Singkat cerita,Hari demi hari pun menjadi hari yang penuh dengan kesibukan.Selain rutinitasku disekolah,aku juga bergabung pada kegiatan Osis yang bisa membuat kepala ku pusing tujuh keliling.Mulai dari kegiatan IMTAG(salah satu bidang osis yang ber naung didalam keagamaan),PHBI(peringatan hari besar islam),dan segudang acara-acara yang diselenggarakan di sekolahku.Hingga akhirnya, kerabat-kerabatku selalu menempatkan aku pada seksi pangan.Barangkali itulah Amanah dari teman-teman ku yang membuatku tetap bertahan jika selalu dipampang namaku pada selebaran pengurus acara.
Semakin lama waktu terpakai untuk itu,Terakhir aku pun mulai berkecimpung dalam membangun sekolah tercinta ini,ya…apalagi kalau bukan olahraga.Aku dipilih oleh guru olahraga untuk mengikuti pertandingan pada cabang Atlit Spint.Pada mulanya aku diseleksi dulu dengan kakak kelasku.Setelah dipertimbangkan,akhirnya aku yang diutuskan untuk mengikuti pertandingan tersebut.Dilapangan itulah,permulaan sebuah perjuangan dimulai.Tapi sayang,aku kalah.Entah apa yang membuat konsentrasiku gusar.Susah sekali memang Untuk menerima kekalahan.Tetapi Itulah hidup, yang di umpamakan sebagai bendera perang yang harus dibawa dan dipertahankan.Sekali jatuh aku harus bangkit,bangkit,dan bangkit!.Aku percaya pada proses,aku percaya kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.Harus ada rentan waktu karena disitulah jiwa kita terasah dan terbiasa.
Tahun pun berganti,sekali lagi aku dipercayakan untuk mengikuti pertandingan itu.Aku pun berpikir,pantaskah aku mengikutinya lagi??Sedangkan dahulu aku tidak bisa memberikan sebuah bentuk kebanggaan bagi orang disekelilingku.Tapi aku yakin,masalalu itu bisa dijadikan cermin agar aku memperbaikinya dihari ini dan hari-hari yang akan datang.Kali ini aku akan bangun dari kenyataan dan itupun tidak semudah membalikkan telapak tangan atau ‘’simsalabim’’Maka jadilah!!Akan tetapi sangat keras dan butuh perjuangan.Menjelang pertandingan,akupun berlatih dengan rutin Layaknya seperti Wesley Sneidjer,seorang tokoh pemain bola idolaku dari tim oranye belanda.Dengan ditemani oleh bidang atlit lainnya,aku bergumam didalam hati,aku bahagia melihat mereka yang begitu semangat ingin maju.Aku juga bahagia melihat teman-teman yang sama berkeinginan dengan ku untuk mengharumkan nama sekolah.Dalam hati kecilku akan aku berikan apa yang aku punya dan aku mampu pada almamaterku.Sepatu Sport dan seragam pun kupakai dengan rapi.Laksana srikandi cut nyak dien yang siap ingin beperang ke medan laga.Pertandigan pun dimulai,aku harus punya tekad.Mataku pun membidik garis star yang berada tepat didepan kakiku dan selanjutnya ku songsong garis finish 100meter dari kediamanku.Ku lihat wajah-wajah mereka disana,ada sebuah pengharapan penuh.Akupun berdo’a,semoga Allah memberikan kekuatan-Nya pada ku.Teriakan pun dimulai,itu tandanya aku harus berlari sekencang-kencangnya.Kulihat guru dan beberapa kerabat-kerabatku memberi suport yang luar biasa,sehingga jiwa spritualku bangkit.yang aku pikirkan saat itu adalah aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk mereka,ya…hanya itu.Pertandingan pun selesai,Alhamdulillah …Allah telah mendengar do’a hambanya.Dilapangan penuh becek Andalas Cot Nibong itulah menjadi saksi bisu atas kemenanganku aku pun bersujud pada-Nya.Setelah beberapa hari membangun jiwa yang runtuh,Akhirnya jadi juga,Betapa bahagia tak bertepinya aku.
Untuk mengikuti ke tingkat provinsi,akupun setiap pagi dan sore selalu mengikuti latihan,Latihannya tidak terlalu menguras tenaga,hanya berlari-lari kecil mengelilingi lapangan sekolah yang luasnya lebih kurang 4.125Hektar itu.Begitu juga dengan kawan seperjuangan ku, ia seorang atlit lompat tinggi yang selalu berteman dengan matras,ban-ban,meteran kayu,dan bambu pengukur.Biasanya sebelum dan setelah latihan aku selalu membantunya untuk membereskan property yang menjadi kebutuhan di bidangnya.Pernah Suatu ketika ia salah untuk mengambil ancang-ancang dan salah satu bagian badannya terkilir.Tanpa berpikir panjang aku pun langsung membawanya ketempat Seorang yang di percayai mahir menangani masalah tesebut.Alhamdulillah tidak terlalu berat,Sehingga sepulang dari tempat itu,kami menyempatkan diri berpetualang ke pedesaan dan mencoba saling menantang menaiki jembatan gantung yang umurnya lumayan rentan di makan usia.Maklum bagi anak asrama seperti kami ini ketika di izinkan untuk keluar,bagaikan burung yang lepas dari sangkarnya,ingin terbang dan menjelajah sebebas mungkin.
Hari pun berlanjut,seperti biasa aku dan berapa atlit lainnya sibuk pada kegiatan masing-masing.Setelah berlatih kamipun di panggil untuk mendengarkan intruksi dari pelatih.Tapi apa yang ku dengar tak seimbang dengan yang aku pikirkan.Aku tidak jadi di berangkatkan pada tingkat provinsi,dengan alasan nilai untuk pencapaian pada bidangku tidak memenuhi criteria.dengan kata lain aku gagal.Hal tersebut sempat membuatku kesal.Tenyata konsep ini bukan hanya masalah pencapaian nilai ku,tapi ada campur tangan di forum sana yang memanipulasi dana.Entahlah…aku tidak bisa berkata-kata,karena posisiku bukanlah siapa-siapa.Sempat membuat batinku memberontak dan frustasi dengan keadaan seperti itu,makanya setelah mendengarkan kabar yang tak menggairahkan itu,aku langsung menyetel hadset dan menghidupkan sebuah lagu power metal,itu adalah salah satu kebijakan jika sesekali diriku merasa down.JIka mengingat peristiwa ini, aku merasa malu.seharusnya aku bisa lebih sabar.bukankah didalam Al-qur’an surah Al-‘Ankabut(29);2 Allah menyebutkan ,apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja berkata;”kami telah beriman’’,padahal mereka belum di uji?ya seharusnya saat menerima kabar itu,aku beristigfar,berserah diri pada Allah.pasti dibalik peritiwa akan selalu ada hikmahnya.Ah…lupakan soal keterpurukan itu,tak menjadikan ku terus-terusan merasa nelangsa.Tanggapan positif dari teman-teman pun membangkitkan semangatku kembali.Hidupku belum punah,masih ada serentetan cita-cita yang akan ku gali nantinya.Bukankan sesuatu yang baik,kita harus berani mengangkat kaki kanan kita untuk melangkah kedepan sembari berdo’a meminta perlindungan pada Allah agar selalu mendapatkan Ridha-Nya?
Apalagi setelah peristiwa itu,kawan seperjuanganku diberikan Amanah untuk tes tahap selanjutnya pada tingkat nasional.ya..dia atlit lompat tinggi itu yang dulu’a pernah menantangku untuk menyeberangi jembatan gantung.Aku turut berbahagia,karena salah satu perwakilan dari sekolahku ada yang menjadi unggulan di antara kami-kami ini.kami bangga disini kawan.
Sekarang,harapanku masih tersimpan di rak-rak rumah hatiku.Harapan tentang malahap kembali dunia olahraga.Aku sempat berpikir ,ingin menjadi guru olahraga karena tujuan ku adalah ingin menciptakan stimulasi(ransangan)bagi diriku sendiri dan mencetak kader-kader yang berbibit unggul,seperti visi sekolah tercintaku’’menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di tingkat nasional,regional bahkan internasional yang di dasari penguasan IPTEK dan IMTAG.Namun apa daya,orang tua ku tidak mengizinkannya dengan beberapa alasan.Tidak jadi masalah bagiku,karena lagi-lagi aku harus bersikap positive atas keobsesianku ini.Ridha orangtua adalah Ridha Allah juga.Tanpa do’a dan dukungan mereka,Tentunya aku akan menjadi generasi ke depan yang gagal atas pengabdian pada orangtua.
Tapi,satuhal yang masih tertanam didalam sanubariku.Apapun ceritanya,aku ingin tetap bernaung pada dunia olahraga,karena olahraga adalah tiupan yang bermakna bagiku,olahraga bagiku adalah kekuatan yang membuatku terus bangkit saat ku terjatuh,olahraga menjadi panggilan jiwa bagiku,memang…… ia memberi kesan tersendiri bagiku.Terus berdetaklah dan jangan biarkan ia tak bermakna………^^

Tidak ada komentar: